twitter


Click Here
Olahraga
[Bookmark this] [Print this page] [Send to mail]
08/06/2010 - 13:26
[increase] [decrease]
David Villa: Skuad Inggris Sempurna!
David Villa
(goal.com)

INILAH.COM, Madrid – Striker tim nasional Spanyol David Villa menjadikan Inggris sebagai tim yang paling ditakutinya di Piala Dunia 2010. El Guaje menilai Inggris punya generasi sempurna.

Villa menjadi pemain kesekian yang khawatir dengan ancaman Inggris di Afrika Selatan. Jika sebelumnya Lionel Messi menegaskan Inggris bisa juara karena punya Wayne Rooney, lain halnya dengan Villa.

.”Striker Valencia ini menilai Inggris berpeluang juara Piala Dunia karena punya skuad yang lengkap. Bahkan yang terlengkap sepanjang sejarah The Three Lions.

“Ya, Inggris cukup bagus untuk memenangkan Piala Dunia. Tentu. Mereka sedikit sama dengan Spanyol, ya kan?” ujar Villa seperti yang dilansir SunSport.

“Faktanya adalah, mereka selalu punya tim yang bagus dan mereka selalu mengalami kesulitan di kompetisi besar. Tapi, hari mereka akan tiba. Saya pikir mereka punya generasi sempurna untuk melaju ke babak final, dan mereka pasti salah satu tim untuk dikalahkan “Secara individu, Inggris punya sejumlah pemain terbaik, di pertahanan, gelandang begitu juga depan. Mereka punya manajer hebat dan tim sempurna untuk melangkah ke final.”[bow]


TANAH PALESTINA
Diatas tanah sang pencipta, manusi binal kobarkan kebencian
Darah manusia tak berdosa menjadi saksi

Kekejaman serdadu yahudi
Diatas tanah sang pencita, permusuhan kembali diperlihatkan kemuka
Tak ada yang mau menghentikan,
Sampai akhirnya terdengar jeritan
Aku yang bukan terlahir di tanah tandus,
Hanya mampu menyaksikan
Aku hanya mampu memandang kesedihan
Hingga hati ikut menjerit sakit
Melihat saudaraku terjerat peperangan
Mereka tak berdaya hanya mmencucurkan air mata
Diatas tanah palestina


SAHABAT REFORMASI

Air mata menjadi tanda reformasi
Semangat yang menyala
Takan pudar dihadang senjata

Sahabat yang kami cintai
Gugur memperjuangkan kebebasan
Jiwa-jiwa yang suci
Menjadi bukti reformasi

Suara senapan
Mengibarkan bendera peperangan
Tawa dan nyanyian penindasan
Memicu semangat perjuangan
Disisi lain nyanyian kesedihan
Menjadi bukti reformasi

Untuk sahabatku
Hari ini aku hidup dengan layak
Atas jasa kalian
Hari ini aku bisa menghirup kebebasan
Atas jasa kalian

Terima kasih sahabatku
Terima kasi pejuang reformasiku
Terima kasih dariku


TAREKAT

QODIRIYYAH WA NAQSYABANDIYYAH


  1. Asal Usul Tarekat Qodariyyah Naqsyabandiyyah

Jika ditelususri, tarekat ini merupakan sebuah haisl karya anak bangsa Indonesia yang memang benar-benar memahami betul tarekat Qodariyyah dan tarekat Naqsyabandiyyah. Baliau adalah Ahmad Khatib Sambas, yang kepanjangan namanya dijadikan sebuah penisbatan tempat ia lahir, yaitu Sambas sebuah tempat di daerah Pontianak, Kalimantan Barat. 1 Dan bahakan menurut pengarang buku Mengenal Dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarak Di Indonesia, Drs. Hj. Sri Muyati (2005; 253), ia mengatakan bahwa Ahmad Khatib Sambas ini merupakan seorang syekh dari kedua tarekat ini. Oleh karenanya beliau mencoba menggabungkan kedua tarekat ini menjadi satu, yaitu dengan mengajarkan dua versi dzikir sekaligus, yang satu dengan dzikir jahar (keras) Qadiriyyah dan khafi (hati atau pelan) Naqsyabandiyyah.

Adapun catatatan sejarah mengenai bagaimana beliau mengenal kedua tarekat ini hanya sedikit penjelasan yang di dapat mengenainya. Namun walaupun sedikit tetaplah sangat berarti untuk disampaikan.

Pada awalnya Ahmad Khatib Sambas ini merupakan seorang anak yang lahir dalam lingkunngan masyarakat muslim sebagaimana anak-anak pada umumnya, dimana hari-harinya diisi dengan belajar agama dasar di kampung. Namun karena keinginannya yang gigih dalam mencari ilmu, beliau akhirnya pergi ke Mekah untuk lebih memperdalam ilmu keagmaanya yang dirasanya kurang pada usia sembilan belas tahun. Memang begitulah kalau orang pintar, sebagaimana pepatah mengatakan semakin berisi semakin meruntunduk, semakin dikaji sebuah ilmu semakin penasaran dibuatnya. Mungkin itulah karakteristik seorang Ahmad Khatib Sambas yang unik dan jarang didapat di zaman sekarang.

Di Mekah beliaua belajar beberapa ilmu-ilmu Islam, termasuk di dalamnya tasawuf. Dan beberapa guru yang memang ahli di bidang tasawufpun tidak luput dari incarannya, seperti Syaikh Daud bin Abdullah bin Idris Al-Fatani, Syakh Syams Ad-Din, Syakh Muhammad Asyad Al-Banjari dan lain-lain.Sama halnya dengan tasawuf yang di pelajarinya, fikihpun menjadi makanan sehari-hari yang beliau kepada tiga dari empat mazhab yang terkemuka.

Sebagai salah satu tarekat yang terlahir dari perpaduan antara tarekat Qadiriyyah dan Nasyabandiyah, maka sejarah kedua aliran tarekat inipun dirasa sangat penting untuk di ungkap sebagai sebuah landasan akan keberadan aliran tarekat Qadiriyyah Nasyabandiyyah.

  1. Trekat Qadiriyyah

Qadiriyyah adalah sebuah tarekat yang panamaannya dinisbatkan kepada pendirinya, yaitu Syaikh Abdul Qadir Jailani yang dikenal sebagai wali quthub. Beliau lahir di desa Naif dekat kota Jilan sekitar 150 km timur laut Bagadad dan ada juga yang mengatakan bahwa beliau lahir di Jilan dekat Persia. Namun tidaklah begitu penting untuk dibahas mengenai perbedaan pendapat mengenai tempat kelahiran beliau.

Beliau lahir dari pasangan Abu Shalih dan Fatinah binti Abdullah As-Sama’i Al-Husayni.2 Dalam sebuah hikayat di ceritakan, bahwa ketika ia lahir dari seorang ibu yang berusia enam puluh tahun. Memang merupakan sebuah kelahiran yang tidak lazim, akan tetapi bagaimanapun jika Allah berkehendak, maka jadilah. Sebelum kelahirannya, ayah beliau, Abu Shalih pernah bermimpi bertemu dengan Nabi yang diirngi para sahabat, imam mujahidin dan wali.

Dalam mimipi tersebut Nabi menyamapaikan sebuah berita yang menggembirakan, yaitu bahwa anaknya kelak akan menjadi seorang yang derajat kewaliannaya paling tinggi. Ayahnya meninggal pada usia beliau masih muda belia, sehingga beliau dibesarkan dan diasuh oleh kakeknya.

Banyak sekali kisah-kisah yang diriwayatkan tentang kesolehan dan kebesaran wali Allah yang bernama Shaikh Abdul Kadir Jailani ini. Bahkan semenjak kecil lagi Shaikh Abdul Kadir Jailani telah memperlihatkan ciri-ciri kesolehan dan ketaqwaannya yang luar biasa. Satu daripada peristiwa atau kisah yang diriwayatkan tentang masa kecilnya ialah perihal peristiwa beliau hendak pergi berangkat ke kota Baghdad dengan tujuan untuk menuntut ilmu dari tempat tinggalnya yang amat jauh itu.

Sebelum berangkat dari rumahnya mengikuti satu kafilah yang akan menuju ke Baghdad, ibu Shaikh Abdul Kadir Jailani telah memberinya sedikit wang sebagai belanja pergi dan balik serta sedikit bekalan makanan. Sebelum anaknya berangkat ibu Shaikh Abdul Kadir Jailani telah menyembunyikan wang anaknya itu pada bahagian lengan baju anaknya lalu dijahitnya supaya tidak diketahui orang.

Setelah siap, ia pun berpesan kepada anaknya, “ Hai anakku, dengarlah baik-baik pesan ibu ini. Bila kau dalam perjalanan dan berada di negeri orang, engkau hendaklah sentiasa bercakap dan berlaku benar. Ketahuilah bahawa orang Islam tidak boleh berdusta. Hendaklah kau ingat hai anakku akan sabda Rasul bahawa amanah itu kejayaan. Berlaku benarlah baik dalam tutur kata mahupun dalam perbuatan supaya engkau beroleh selamat dan dilindungi oleh Allah s.w.t”.

Maka setelah lama dalam perjalanan mengikut kafilah yang akan pergi ke Baghdad itu, tiba-tiba kafilah yang disertai oleh Shaikh Abdul Kadir Jailani diserang oleh satu angkatan penyamun. Segala barang yang dibawa oleh beliau habis dirompak. Lalu seorang penyamun bertanya kepada beliau, katanya, “Hai budak! Apa lagi yang ada pada engkau. Cakaplah benar kepadaku!” bentak penyamun itu dengan suara yang keras, lalu Shaikh Abdul Kadir Jailani menjawab, “Ya ada! Aku ada 40 ashrafis” ujarnya tegas dan bersahaja.

Penyamun itu lantas terkejut mendengarkan kata-kata Shaikh Abdul Kadir Jailani kerana sangkanya budak itu mahu mempersendakannya. Masakan seorang budak hendak memberitahu kepada seseorang penyamun dia masih ada wang lagi. “Apakah engkau mahu memperolok-oloklan aku?”. “Tidak, sungguh tuan, saya tidak berkata dusta” sahut Shaikh Abdul Kadir Jailani lalu menyambung:

Tuan, tidakkan tuan tahu bahawa orang yang sedang menuntut atau mengejar ilmu itu seperti sedang berjalan menuju ke syurga kerana sentiasa disertai oleh malaikat yang sedia menolongnya. Saya bercita-cita menjadi seorang yang beriman lagi berilmu. Saya adalah keturunan Rasulullah s.a.w dan saya benci sekali bercakap bohong. Apalah ertinya wang 40 ashrafis pada saya ini tuan, hingga saya terpaksa berbohong? Seorang Islam yang sejati tidak sekali akan berbohong sekalipun dalam bahaya dan kesulitan!”

Kali ini penyamun itu merasa semakin terkejut mendengar kata-kata Shaikh Abdul Kadir. Ia merasa hairan memikirkan sikap budak itu yang secara berani dan tegas memperkatakan yang benar tanpa berganjak sedikitpun. Dengan perasaan bingung penyamun itu pun lalu membawa Shaikh Abdul Kadir berjumpa ketuanya.

Siapa nama engkau dan dari mana engkau datang?” Tanya ketua penyamun.

Shaikh Abdul Kadir menjawab dengan berani “ Nama saya Abdul Kadir dan saya datang dari Jilan”

Kemana engkau hendak pergi?”

Baghdad”

Untuk tujuan apa kau kesana?”

Saya hendak menuntut ilmu.”

Bagus! Bagus! Engkau tentu bawa wang bukan?”

Benar! Saya mempunyai 40 ashrafis.”

Demi mendangarkan pengakuan Shaikh Abdul Kadir itu, ketua penyamun terkejut lantas berkata lagi “Apa benarkah apa yang engkau katakan hai budak atau engkau sengaja hendak memperolok-olokkan aku?” Maka sambung Shaikh Abdul Kadir “Benar tuan! Saya tidak suka dan tidak pernah bercakap bohong kerana saya seorang Islam. Inilah ajaran ibu saya semenjak saya pandai bercakap lagi. Apalah erti wang 40 ashrafis bagi saya ini hingga saya terpaksa berbohong. Dan apalah gunanya saya hendak bersusah payah mencari ilmu di tempat yang jauh kalau untuk menjadi seorang pembohong! Akan sia-sialah segala amal dan ibadat saya dan akan sia-sialah asuhan dan didikan ibu saya!”

Dengan kuasa Allah s.w.t. ketua penyamun itu menjadi terpaku sebentar tatkala mendengarkan kata-kata Shaikh Abdul Kadir yang penuh iman dan hikmat itu lantas ia pun menjadi malu dan insaf. Akhirnya dengan bercucuran air mata kesedihan ketua perompak itu memohon maaf dari Shaikh Abdul Kadir Jailani lalu bertaubat dari melakukan kerja yang mungkar lagi hina itu.

Demikianlah sekilas kisah tentang Shaikh Abdul Kadir Jailani ketika dalam perjalanannya untuk menuntut ilmu di kota Baghdad. Di kota itulah beliau telah belajar kepada Tibrizi, seorang ulama’ yang terkenal di masa itu. Di sanalah juga Shaikh Abdul Kadir Jailani telah terpikat dengan cara hidup sufi dari tarekat Abu Al Khair Muhammad. Shaikh Abdul Kadir memperoleh pakaian sufi yang digelar Khirka dari pemimpinnya bernama Qazi Abu Sad Mubarak, tokoh perundangan dari mazhab Hambali.

Sebagai seorang guru tarekat, pengajarannya telah menimbulkan satu semangat baru serta keinsafan kepada para pendengarnya. Satu daripada khutbahnya yang berjudul Futuh Al Ghayb, adalah dianggap satu daripada karya Islam yang terbaik dan mengandungi banyak unsur-unsur pendidikan. Ramai orang-orang Kristian dan Yahudi yang terpengaruh oleh pengajarannya lalu memeluk Islam.

  1. Tarekat Naqsabandiyyah

Tarekat Naqsabandiyyah adalah tarekat yang didirikan oleh Muhammad bin Baha’ Ad-Din Al-Uwaisi Al-Bukhara Naqsyabandi (1318-1389), yang dilahirkan di sebuah desa yang bernama Qashrul Arifah, sekitar 4 mil dari kota Bukhara, tempat lahir imam Bukhari.3

Ketika ia berusia 18 tahun, ayahnya membawanya kapada Baba As-Samasi, seorang tokoh sufi pada zaman itu. Namun untuk pendidikan tarekatnya tersebut beliau mendapatkannya dari seorang quthb di Nasaf, yaitu amur Sayyid Qulal Al-Bukhari, yang merupakan seorang khlifah dari Muhammad Al-Baba As-Samasi.


  1. Ajaran Tarekat Qadiriyyah Naqsyabandiyyah Dan Perkembangannya.

Adapun kitab Fath Al-Arifin karangan Syaikh Ahmad Khotib Sambas dianggap sebagai sumber ajaran tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyah yang menjadi topik pembahasan kita, manuskripnya hanya terdapat satu buah yaitu di perpustakaan nasional Jakarta yang disusun oleh murid beliau Ma’ruf Al-Palimbani. Adapun kitab tersebut yang dicetak oleh penerbit Bungkul Indah, Surabaya dan beredar secara luas adalah bersandar pada tulisan murid beliau lainnya yaitu Abd Al-Rahim Al-Bali sebagaiman tertulis dalam colophond (halaman penutup) kitab tersebut. Kitab tersebut ditulis dengan sangat singkat namun padat berisi ajaran–ajaran TQN secara garis besar, yang merupakan gabungan dari unsur-unsur ajaran Qadiriyyah dan Naqsyabandiyah, yaitu tata cara membai’at, membentengi sepuluh bagian latahif (cakra).

Perkembangan ajaran tarekat qadiriyyah wa naqsabandiyyah yang kelihatannya baru di kenal di Asia Tenggara, memang bermula dari Kitab Fathul Arifin tersebut. Meslipun murid Saikh Sambas adalah Syaikh ‘Adul Karim Banten, sekilas tidak mengembangkan ajaran TQN secara luas. Namun setelah sepeninggalannya, tarekat ini berkembang pesat di Jawa. Oleh karena itu, jika kita amati beberapa amaln setelah shalat di daerah Jawa, maka akan dapat dijumpai di beberapa masjid amalan-amalan tarekat ini, seperti dzkir zaharnya yang sangat kompak.


  1. Penelitian Amalan Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah di Cileunyi

Adapun inti dari pembacaan tanbih bertujuan agar kita sebagai manusia yang memiliki hati, akal dan nafsu dapat hidup bergandengan dalam damai. Hal ini dikaitkan dengansalah satu firman-Nya

وَضَرََبَ اللهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَا نَتْ اَمِنَةً مُطْمَنَّةً يَاْ تِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًامِنْ كُلِّ مَكَاٍن فَكَفَرَتِْ بِاَنْعُمِ اللهِ فَاَذَا قَهَا اللهُ لِبَا سَ اْلجُوْعِ وَاْلخَوْفِ بِمَاكَا نُوْايَصْنَعُوْنَ.

Artinya :

Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negri yang dahulunya aman lagi tentram,rezekinya dating kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat,tetapi (penduduk) nya mengingkari ni’mat ni’mat Allah; karena itu Allah merasakan kepadaa mereka pakaian kelaparan dan ketakutan,di sebabkan apa yang selalu mereka perbuat.

  1. Pembacaan Tawasul

Pembacan tawasul adalah mendoakan para Syaikh dengan surat Al-Fatihah

  1. Pembacaan Manakib Syaikh Abd’ Al-Qadir Jailani

  2. Pembacaan Sholawat Bani Hasyim

Adapun syarat-syarat yang paling utama untuk menjadi pengamal tarekat ini, menurut Prof Juhya S. Praja, salah seorang wakil talqin di Cileunyi adalah mesti adanya keinginan yang kuat dalam hati seorang calon pengamal tarekat atau yang akan di talqin untuk mendekatkan diri kepada Allah, selain memiliki wudhu atau dalam keadaan suci. Kemudian setelah acara pentalqinan berlangsung yang didalamnya kurang lebih merupakan sebuah penanaman tunas dari makna لااله الاالله di dalam hati, di wajibkan untuk dzikir zahar sebanyak 165 kali setiap setelah shalat denga lapadz yang sama. Kalaupun ada halangan, maka tiga kali saja cukup, akan tetapi mesti dibanyar disuatu saat nanti dimana waktu sudah terasa lapang. Selain itu dzikir khafi sebanyak-banyaknya setiap hari yang dilakukan dengan diiringi detakan jantung.

Hal ini menurtunya dilakukan dalam rangka mensucikan hati dari berbagai penyakit hati yang dapat menghalangi akan keberadaan kita sebagai seorang makhluk dengan Allah sang khaliq.

Tidak hanya itu, beliau juga menuturkan bahwa dalam amalan tareket ini ada amalan yang terkait dengan waktu, seperti manakib yang dilakukan sebulan sekali, dzikir setiap setelah shalat wajib sebanyak 165 kali denga lapadz لا اله الا الله, riadhah jiwa yang salah satunya dengan melaksanakan shalat tahajud selama 40 malam tanpa henti, tidak memakan makanan yang bernyawa dan yang paling berat menurutnyanya adalah suluk, yang salah satu amalannya adalah dengan melakukan perjalanan jauh dan tidak boleh sama sekali bertemu dengan orang lain dan tidak memakai fasilitas yang bisa memudahkan perjalanan, seperti mobil, jembatan dan lain sebagainya.

Dari sekian banyak yang beliua sampaikan, ada sebuah nasehat kepada muridnya yang menyatakan jika ada sebuah kejadian yang dapat dikatagorikan sebiagai kejadian diluar nalar akal manusia, maka diharapkan agar di konsultasikan kepadanya dan dilarang untuk memberi tahukan kepada orang lain.





History of the Subaltern Classes


Methodological Criteria

The historical unity of the ruling classes is realized in the State, and their history is essentially the history of States and of groups of States. But it would be wrong to think that this unity is simply juridical and political (thought such forms of unity do have their importance too, and not in a purely formal sense); the fundamental historical unity, concretely, results from the organic relation between Stase or political society and “civil society”.

The subaltern classes, by definition, are not unified and canoot unite they are able to become a “State”: their history, therefore, is intertwined with that of civil society, and thereby with the history of States and groups of States. Hence it is necessary to study:1. the objective formation of the subaltern social groups, by the developments and transformations occurring in the sphere of economic production; their quantitative difucion and their origins in pre-existing social groups, whous mentality, ideology and and aims they conversefor a time; 2. their active or passive affiliation to the dominant political formations, their ettempts to influence the programmes of these formayion in order to press claims of their own, and the consequences of these attempts in determining processes of cecomposition, renovation or neo-formation; 3. the birth of new parties of the dominant groups, intended to conserve the subaltern groups and to maintain control over them; 4. the formations which the subaltron groups themselves produce, in order to press claims of a limited and partical character; 5. those new formation which assert the autonomy of the subaltern groups, but whitin the old framework; 6. those formations which assert the integral autonomy,…etc.

The list of these phases can be broken down still further, with intermediate phases and combinations of several phases. The historian must record, and discover the causes of, the line of development toward integral autonomy, starting from the most primitive phases; the must not every manivestation of the sorelian “spirit of cleavage”. Therefore, the history of the parties of the subaltern groups is very complex too. It must include all the repercussion of party activity, throughout the area of the subaltern groups themselves taken globally, and also upon the attitudes of the dominant group; it must include as well the repercussion of the far more effective actions (affective because backed by the Sate) of the dominant groups upon the subaltern groups and their parties. Among the subaltern groups, one will exsercise or tend to exsercise a certain hegemony through the medition of a party; this must be established by studying the development of all the other parties too, in so far as they include elements of the hegemonic group or of the other subaltern groups which undergo such hegemony….

The methodological criterion on which our study must be based is the following: that the supremacy of a social group manifests itself in two ways, as “domination” ans as “intellectual and moral leadership”. A social group can, and indeed must, already exercise “leadership” befor winning governmental power (this indeed is one of the principal condition for the winning of such power); it subsequently becomes dominant when it exercises power, but even if it hold it firmly in its graps, it must continue to “lead” as well…


The Concept of “Ideology”

“Ideology” was an aspect of “sensationalism”,i.e.eighteenth-century French materialism. Its original meaning was that of “science of ideas”, and since analysis was the only method recognized and applied by science it means “analisis of ideas”, that is, “investigation of the origin of ideas”. Ideas had to be broken down into their original “elements”, and these could be nothing other than “sensation”. Ideas derived from sensations. But sensationalism could be associated, without too much difficulty, with religious faith and with the most extreme beliefs in the “power of the Spirit” and its “immortal destinies”, so that Manzoni, even after his conversion and return to Catholicism, even at the time when he wroted the Inni sacri, continued to adhere in principle to the theory of sensationalism,until he learnt about the philosophy of Rosmini.

How the concept of Ideologiy passed from meaning “science of ideas” and “analysis of the origin of ideas” to meaning a specific “system of ideas” needs to be examined historically. In purely logical terms the process is easy to graps and understand”

It could be asserted that Freud is the last of Ideologues, and that De Man is also an “ideologue”. This makes the “enthusiasm; of Croce and the Croceans for Dc Man even more curios-or would if there wasn’t a “practical” justification for their enthusiasm. One should examine the way in whice the author of the Popular Mnual (Bukharin) has remained trapped in Ideology; whereas the philosophy of praxis represents a distinct advance and historically is precisely in opposition to Ideology. Indeed the meaning which the term “ideology” has assumed in Marxist piloshophy implicitly contains a negative value judgement and excludes the possibility that for its founders the origin of ideas should be sought for in sensations, and therefore, in the last analysis, in physiology. “Ideology” itself must be analysed historically, in the terms of the philosophy of praxis, as a superstructure.

It seems to me that there is a potensial element of error in assessing the value of ideologies, due to the fact (by no means casual) that the mane ideology is given both to the necessary superstructure of a particular structure and to the arbitrary elucubrations of particural indiviuals. The bac sense of the word has become widespread, with the effect that the theorction analysis of the concepts of ideology has been modified and denatured. The process leading up to this error ean easily reconstructed:

  1. ideology is identified as distinct from the structure, and it is asserted that it is not ideology that changes the stuctures but vise verse;

  2. it is asserted that a given political solution is “ideological” –i.e. that it is not sufficient to change the structure, although it think it can do so; it is asserted that is useless, studip, etc;

  3. one then passes to the assertion that every ideology is “pure” appearance, useless, studip, etc.

One must therefore distinguish between historicall organic ideologies, those, that is, which are necessary to a given structure, and geologies that are arbitrary, rationalistic, or “willed”. To the extent that ideologies are historicall necessary thay have a validity which is “psychological”; they “organize” human masses, and create the terrain on which men move, acquire consciousnessof their position, stuggle, etc. To the extent that they are arbitrary they only create individual “movements”, polemics and so on (though even these are not completely useless, since they function like an error which by constrasting with truth, demonstrates).

It is worth recalling the frecuent anffirmation made by Marx on the “solidity of popular beliefs” as a necessary element of a specific situation. What he says more or less is “when this way of conceiving things has the fprce of popular beliefs”, etc. another proposition of Max is that a popular convition often has the same energy as a material or something of the kind, which is extremelysignificant. The analysis of these propositions tends, I think, to reinforce the conception of historical bloc in which precisely material forces are the content and ideologieas are the from, though this distinction between from and content has purely didactic value, since the the material force would be inconceivable historicall without from and the ideologies would be individual fancies without the material force.


Cultural Themes: Ideological Material

A study of how the ideological structure of a dominant class is actually organized:namely the material organization aimed at maintaining, defending and developing the theoretical or ideological “front”. Its most prominent and dynamic part is is the press in general: publishing houses (which have an implicit and explicit programme and are attached to a particular tendency), political newspapers, periodicals of every kind, scientific, literary, philological, popular, etc., various periodicals down to parish bulletins. If this kind of study were conducted on a nation slace it would be gigantic: one could therefore do a series of studies for one city or for a number of cities. A news editor of a daily newspaper should make his own version of it. Think of all the wonderful leding articles one could write on the subject!

The press is the most dynamic part of this ideological structure, but not the only one. Everythink which influences or is ableto influences public opinion, directly or indirectly, belongs to it: libraries, schools, associations and clubs of various kinds, even architecture and the layout and names of steets. It would be impossible to explain the position retained by the Church in modern society, done seriously, would be very important. Besides providing a living historical model of such a structure, it would accustrom one to a more cautions and exact estimate of the forces acting in society. What resources can an innovative class set against this formidable complex of trenches and fortification of the dominant class? The spirit of scission, in other words the progressive acquisition of the consciousness of its own historical personality, a spirit of scission that must aim to spread itself from the protagonist class to the classes that are its potential allies—all this requires a complex ideological labour, the first condition of which is a exact knowledge of the field that must be cleared of its element of human “mass”.





















Sejarah Kelas Subaltern;
Konsep "ideologi"
Budaya Tema: ideologis
Material


Antonio Gramsci


Sejarah Kelas Subaltern

Metodologi Kriteria

Kesatuan historis dari kelas penguasa diwujudkan di Negara, dan sejarah mereka pada dasarnya adalah sejarah Amerika dan kelompok Amerika. Tapi akan salah untuk berpikir bahwa kesatuan ini hanya yuridis (yang berkenaan dengan hukum) dan politik (berpikir bentuk-bentuk kesatuan yang memiliki kepentingan mereka juga, dan tidak dalam arti formal); kesatuan historis, konkret, hasil dari hubungan organik antara Negara masyarakat politik atau dan "masyarakat sipil".

Kelas bawahan, menurut definisi, tidak bersatu dan tidak dapat bersatu sampai mereka mampu menjadi "Negara": sejarah mereka karena itu, adalah berkaitan dengan masyarakat sipil ', dan dengan demikian dengan sejarah negara bagian dan kelompok sates. Oleh karena itu perlu untuk mempelajari: 1. Tujuan pembentukan kelompok sosial bawahan, dengan perkembangan dan transformasi terjadi dalam bidang produksi ekonomi; difucion kuantitatif mereka dan asal mereka dalam kelompok sosial yang sudah ada, mentalitas whous, ideologi dan dan tujuan mereka conversefor waktu; 2. afiliasi mereka aktif atau pasif untuk formasi politik yang dominan, ettempts mereka untuk mempengaruhi program formayion ini dalam rangka menekan klaim mereka sendiri, dan akibat dari upaya ini dalam menentukan proses cecomposition, renovasi atau neo-formasi; 3. kelahiran partai baru dari kelompok dominan, dimaksudkan untuk melestarikan kelompok bawahan dan mempertahankan kontrol atas mereka; 4. formasi yang subaltron kelompok itu sendiri menghasilkan, dalam rangka menekan klaim yang bersifat terbatas dan partical; 5. formasi baru mereka yang menegaskan otonomi kelompok jelata, tetapi whitin kerangka tua; 6. formasi mereka yang menegaskan otonomi integral, dll ...

Daftar fase-fase ini dapat dibagi lebih jauh lagi, dengan tahap intermediate dan kombinasi dari beberapa tahapan. sejarawan harus merekam, dan menemukan penyebab, garis pembangunan terhadap otonomi integral, mulai dari tahapan paling primitif, tidak harus setiap manivestation semangat "sorelian belahan dada". Oleh karena itu, sejarah partai-partai dari kelompok bawahan sangat kompleks juga. Ini harus mencakup semua kumandang kegiatan partai, di seluruh wilayah kelompok bawahan sendiri diambil secara global, dan juga atas sikap dari kelompok dominan, melainkan harus mencakup baik kumandang dari tindakan jauh lebih efektif (afektif, karena didukung oleh Sate) dari kelompok dominan atas kelompok bawahan dan pihak mereka. Di antara kelompok bawahan, satu akan exsercise atau cenderung exsercise suatu hegemoni tertentu melalui medition dari pesta, ini harus ditetapkan dengan mempelajari perkembangan semua pihak lainnya juga, sejauh mereka termasuk elemen kelompok hegemonik atau yang bawahan kelompok lain yang mengalami hegemoni tersebut ....

Kriteria studi metodologis yang kita sendiri harus didasarkan adalah sebagai berikut: utamanya supremasi kelompok sosial memanifestasikan dirinya dalam dua cara sebagai "dominasi" dan sebagai "kepemimpinan intelektual dan moral". Sebuah kelompok sosial mendominasi kelompok-kelompok antagonis, yang cenderung untuk "melikuidasi", atau untuk menaklukkan perheps bahkan dengan kekerasan bersenjata; itu mengarah sama dan sekutu kelompok sosial groups. A dapat, dan memang harus, sudah latihan "kepemimpinan" sebelum menang kekuatan pemerintah ( ini memang merupakan salah satu syarat utama untuk memenangkan porwer tersebut); itu kemudian menjadi dominan ketika latihan kekuatan, tetapi bahkan jika memegang erat-erat di pegang, ia harus terus "memimpin" juga ...


Konsep "IdeoIogy"


"Ideologi" adalah aspek "sensasionalisme", yaitu materialisme Prancis abad kedelapan belas. Makna aslinya adalah "ilmu tentang gagasan", dan karena analisis adalah satu-satunya metode yang diakui dan diterapkan oleh ilmu pengetahuan berarti "analisis ide-ide", yaitu, "penyelidikan tentang asal-usul ide-ide". Ide harus dipecah menjadi asli mereka "elemen", dan ini bisa tidak lain dari "sensasi". Ide berasal dari sensasi. Tapi sensasionalisme dapat dikaitkan, ithout w terlalu banyak kesulitan, dengan keyakinan agama dan dengan dan kepercayaan yang paling ekstrim dalam kuasa "Roh" dan "nya nasib abadi", sehingga Manzoni, bahkan setelah konversi dan kembali ke Katolik, bahkan pada saat dia menulis sacri Inni, terus mematuhi pada prinsipnya pada teori sensastionalism, sampai dia belajar filosofi abaut Rosmini.

Bagaimana konsep ideologi lulus dari arti "ilmu tentang ide-ide" dan "analisis tentang asal-usul ide-ide" untuk arti sebuah syistem "sepecific ide" perlu diperiksa secara historis. Secara logis murni proses mudah untuk memahami dan mengerti. Hal ini dapat ditegaskan utamanya Freud adalah yang terakhir dari para ideolog, dan utamanya De Manusia alsoan "ideolog". Hal ini membuat antusiasme "" dari Croce dan Croceans De Man curiuos bahkan lebih - atau akan jika ada wasn'ta "praktis" pembenaran atas antusiasme mereka. Orang harus menguji cara yang penulis Manual populer (Bukharin) tetap terperangkap di ldeology; sedangkan filsafat praksis merupakan kemajuan yang berbeda dan sejarah justru bertentangan dengan Ideologi. Memang makna ideologi yang "istilah" yang diasumsikan dalam piloshophy Marxis itu secara implisit berisi penilaian negatif dan tidak termasuk Nilai Pemakaian kemungkinan, bahwa untuk pendirinya asal ide harus dicari dalam sensasi, dan karena itu, dalam analisis terakhir, di fisiologi . "Ideologi" itu sendiri harus dianalisis secara historis, dalam istilah filsafat praksis, sebagai suprastruktural.

Tampaknya kepada saya bahwa ada unsur potensi kesalahan dalam menilai nilai Ideologi, karena fakta (tidak berarti kasual) bahwa nama ideologi, adalah memberi baik untuk suprastruktur perlu suatu struktur tertentu dan dengan sewenang-wenang clucubrations individu-individu tertentu. Arti kata buruk telah menyebar luas, dengan efek bahwa analisis teoritis dari konsep ideologi. telah dimodifikasi dan didenaturasi. Proses terkemuka sampai kesalahan ini dapat dengan mudah direkonstruksi:

  1. idelogy diidentifikasi sebagai berbeda dari struktur, dan ini menegaskan anggap tidak ideologi yang mengubah struktur tapi sebaliknya;

  2. ini menegaskan bahwa seorang solurion politik yang diberikan adalah "ideologi" - yaitu bahwa tidak cukup untuk mengubah struktur, meskipun berpikir bahwa itu dapat melakukannya, melainkan menegaskan bahwa tidak ada gunanya, bodoh, dll;

  3. 3. satu kemudian lolos dengan pernyataan bahwa setiap ideology "murni" penampilan, tidak berguna, bodoh, dll.

Satu Oleh karena itu harus membedakan beween ideologi historis organik, mereka, bahwa yang diperlukan untuk suatu struktur tertentu, dan ideologi yang sewenang-wenang, rasionalistik, atau "menghendaki". Sejauh yang diperlukan ideologi secara historis, mereka memiliki validitas yang "psikologis", mereka "mengatur" mases manusia, dan membuat daerah di mana orang bergerak, mendapatkan kesadaran akan posisi mereka, perjuangan, dll Untuk sejauh bahwa mereka yang sewenang-wenang mereka hanya menciptakan individuae "gerakan", polemik dan seterusnya (bahkan meskipun ini tidak sepenuhnya sia-sia, karena mereka berfungsi seperti sebuah kesalahan yang oleh kontras dengan kebenaran, menunjukkan hal itu).

Perlu mengingat penegasan sering dibuat oleh Marx pada tlre "kekokohan keyakinan populer" sebagai elemen penting dari sebuah situasi tertentu. Apa katanya lebih atau kurang adalah "ketika cara ini, hamil sesuatu memiliki kekuatan kepercayaan rakyat", dll. Proposisi lain Marx adalah bahwa keyakinan populer sering memiliki energi yang sama sebagai kekuatan marerial atau hal semacam itu, yang sangat signifikan. Analisis proposisi ini cenderung, saya pikir, untuk memperkuat konsepsi tentang blok historis di mana kekuatan-kekuatan material yang tepat isi dan ideologi adalah bentuk, meskipun perbedaan antara bentuk dan isi memiliki nilai murni didactie, karena kekuatan-kekuatan material tidak dapat dibayangkan historis tanpa bentuk dan akan idaologies individu naksir tanpa kekuatan-kekuatan material.


Budaya Tema: Bahan Ideologis


Sebuah studi tentang bagaimana struktur ideologis kelas dominan adalah benar-benar terorganisir,: yaitu organisasi materi bertujuan mempertahankan, mempertahankan dan mengembangkan fron "teoretis atau ideologis". Ini bagian yang paling menonjol dan dinamis adalah tekan pada umumnya: penerbitan rumah (yang memiliki program implisit dan eksplisit dan melekat pada kecenderungan tertentu), politik surat kabar, majalah segala macam, ilmiah, sastra, filologi, populer, dll, berbagai majalah ke buletin paroki. Jika penelitian semacam ini dilakukan pada skala nasional akan sangat besar: satu sehingga bisa melakukan serangkaian penelitian untuk kota onc atau untuk beberapa kota. Sebuah editor berita surat kabar harian seharusnya studi ini sebagai gambaran umum untuk karyanya: sesungguhnya ia harus membuat versi sendiri itu. Pikirkan semua artikel terkemuka wanderful satu dapat menulis pada subjek.

Pers adalah bagian yang paling dinamis dari struktur ideologis, tapi bukan Satu-satunya. Segala sesuatu yang mempengaruhi atau dapat pengaruh opini publik, secara langsung atau tidak langsung, termasuk itu: perpustakaan, sekolah, asosiasi dan klub dari berbagai jenis, bahkan arsitektur dan tata letak dan nama jalan. Tidak mungkin untuk menjelaskan posisi tetap dipegang oleh Gereja di Masyarakat modern jika salah satu tidak menyadari upaya yang konstan dan pasien itu membuat untuk mengembangkan bagian tertentu yang terus menerus dari struktur material dari ideologi. seperti studi, dilakukan dengan serius, akan sangat penting. Selain menyediakan model sejarah hidup struktur seperti itu, akan satu perkiraan yang lebih hati-hati dan tepat gaya yang bekerja dalam masyarakat membiasakan. Apa sumber daya yang dapat mengatur kelas inovatif yang menempel ini kompleks hebat parit dan benteng kelas yang dominan? Semangat pemotongan, dengan kata lain perolehan progresif dari kesadaran kepribadian sejarahnya sendiri, semangat pemotongan yang harus bertujuan untuk menyebarkan dirinya dari kelas protagonis ke kelas yang sekutu potensial - semua ini memerlukan tenaga kerja ideologis yang kompleks , kondisi pertama yang merupakan pengetahuan yang tepat dari bidang yang harus dibersihkan dari unsur manusia "massal".



1لسلام عليكم ورحمة1لله وبركاته

Syukur alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah S.W.T Robb semesta alam karena kita masih diberikan nikmat sehat jasmani dan rohani dan tak lupa sholawat dan salam dihaturkan kepada Baginda Rosulullah S.A.W beserta keluarganya, para sahabat dan para pengikutnya hingga akhir Zaman...

Hadirin,Remaja Muslim yang dirahmati Allah!

Pada saat ini didunia terutama di negri kita Indonesia,tlah terjadi berbagai bencana alam.di laut,didarat, maupun diudara apakah itu salah kita? Kita tanyakan pada diri kita sendiri.Sebagaimana firman Allah QS.Asyura ayat 30

  1. Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu.

Dalam kitab tafsir Ibnu Katsir,ayat diatas mnjelaskan bahwa semua bencana yang datang kepada manusia dari semua bencana yang sudah terjadi, sesungguhnya itu adalah kesalahan-kesalahan kamu terdahulu, maka Allah memaafkan kamu sekalian dengan mendatangkan bencana itu. Dengan itu tanpa disadari oleh kita bahwa hikmah dari terjadinya sebuah bencana adalah sbagai kifarat(penghapus)dosa yang telah dilakukan kita pada masa yang telah lewat.

Maka daripada itu, mrilah kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kita Kepada Allah SWT. serta kesadaran kita akan apa yang terjadi dalam setiap pijakan kita tidak lepas dari adanya keterkaitan dengan apa yang telah kita perbuat.selain daripada itu kita harus belajar dengan sungguh-sungguh agar mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.Dengan ilmu kita dapat memilih mana yang baik dan mana yang buruk serta dapat menentukan arah mana yang akan membawa kita ke jalan yang terbaik bagi kita dan berada dalam keridhaan Allah SWT.

Hadirin, Kaum Muslimin yang dirahmati Allah!

Dengan ilmu kita akan cerdas menyikapi segala sesuatu yang terjadi dengan arif dan bijaksana.adanya keyakinan bahwa itu semua atas kehendak yang Maha Kuasa, dan mengembalikan ingatan akan tugas dan keberadaan kita didunia ini adalah mejaga keseimbangan antara makhluk dengan lingkungannya (khalifah).

Apa yang terjadi bila manusia lupa dan meninggalkan tugasnya itu?

Tidak sedikit manusia melupakan bahkan tidak mengerti tugas kekhalifahnya didunia, kenapa itu bisa terjadi? Dikarnakan kurangnya kesadaran menuntut ilmu dan lebih mementingkan bekerja keseharian sendiri yang seolah-olah hidup untuk selamanya tanpa menyeimbangkan dengan bekerja untuk akhiratnya sebagai antisipasi akan meninggal esok hari.Allah mewajibkan kita untuk menuntut ilmu sebagai cahaya untuk menerangi langkah hidup manusia dalam melaksanakan ibadah Kepada Allah, dengan menuntut ilmu dijadikan sebagai ibadah yang dengan melaksanakannya akan mendapatkan pahala tapi, jika tidak melaksanakannya akan mendapat murka Allah.

Dalam kitab Durratunn Nasihin yang diriwayatkan Abu Hurairah, Nabi saw. Bersabda yang artinya : “ siapa yang menempuh jalan menuju ilmu pengetauan, pasti Allah menyalurkannya jalan menuju surga, sesungguhnya para penghuni langit dan bumi serta iakn-ikan di lautan, semua beristighfar memohonkan ampun bagi orang `alim, sebab para ulama adalah pewaris Nabi-Nabi.

Memiliki ilmu tidaklah rugi, orang yang memiliki ilmu dimanapun dia berada tidak akan merasa asing oleh lingkungannya karna akan dibutuhkan dan berguna bagi lingkungan di sekitarnya.orang-orang di sekitarnya akan mencarinya dan datang kepada orang `alim untuk ilmunya. Ada kata-kata mutiara yang mengatkansebuah besi di kubur dalam tanah satu bulan lamanya akan berkarat tapi, intan berlian di kubur seribu tahun akan tetap berkilau”, dan akan selalu dicari karna sangat berharga, sedangkan besi yang berkarat berahir ditumpukan barang kiloan yang hampir tak terlirik.

Hadirin,Yang Dirahmati Allah!

Ulama hikmah menyatakan bahwa ilmu itu terdiri dari 3 huruf yaitu : `AIN, LAM dan MIM yang memiliki makna,

  1. `AIN artinya `ILLIYYUN = maqam tertinggi
  2. LAM artinya LATHIIF = halus, tenang atau pemurah.
  3. MIM artinya MULK = kerajaan.

Ketiga huruf tersebut, berkaitan dengan pemiliknya, membawa pengaruh sebagai berikut : `AIN dapat menjunjung pemiliknya ke tingkat derajat tertinggi, mulia. LAM dapat membawa pemiliknya berwatak lemah lembut, tenang dan pemurah ( dermawan ). Dan MIM dapat membina pemiliknya berjiwa pemimpin atau mungkin menjadi penguasa/raja.

Allah menunjuk keistimewaan ilmu dalam seruannya kepada Nabi Muhammad saw,dalam surat Thaaha ayat 114 :

"Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."

Maka dengan ayat ini, nyatalah ketinggian maqam ilmu, sekalipun Allah telah nengisikan berbagai macam ilmu kepada Nabi Muhammad sepenuhnya namun, beliau tidak diperintah mencari, tambahan apa-apa kecuali ilmu. ( Majalisul Abrar).

Ada sebuah hikayat yang menceritakan ketinggian orang yang berilmu :

Bahwasanya Nabi saw berangkat ke mesjid, saat beliau tiba di pintu, terlihat syetan berada di pintu keluar, lalu Nabi bertanya : hai syetan, kenapa kau berada disini, Apa yang kau lakukan? Jawabnya : sebetulnya aku hendak masuk mesjid dan mengganggu orang yang sedang shalat namun, niatku itu terhalangi oleh rasa gentarku terhadap seorang pria yang sedang tidur ini. Lalu Nabi bertanya lagi : kenapa kau tak gentar berhadapan dengan orang yang sedang shalat itu, padahal ia tengah beribadah dan munajat kepada Allah, malah yang kau takuti orang yang sedang tidur pulas dan lupa? Jawab syetan : orang yang sedang shalat itu bodoh, gampang diperdaya tetapi, orang yang sedang tidur ini adalah seorang `alim maka, jika aku memperdaya pelaku shalat dan merusak shalatnya, kekhawatiranku datang jika orang `alim bangun dari tidurnya lalu membetulkan shalatnya si bodoh itu.” Kemudian Nabi saw bersabda :

نوم العلم خير من عبادة الجا هل ( منهاج المتعلمين)

Artinya : “ tidurnya orang `alim lebih utama daripada ibadahnya orang yang bodoh.” ( Minhajul Muta`alimin).

Hadirin, tidurnya orang yang berilmu tidak akan jadi sia-sia, tapi menghasilkan pahala, dari pada orang yang shalat tanpa dibarengi oleh ilmu tentang syarat dan rukan shalat serta bagaimana cara pelaksanaannya yang sesuai dengan kaidah hukum yang di tetapkan dalam al-Qur`an.

Dari Abu Zar al-Ghifari, Rasulullah saw. bersabda :

“ Ya Abu Zar, sungguh pagi-pagi kamu belajar satu bab dari kitab Allah, lebih baik bagimu dibanding kamu shalat 100 rakaat, dan sungguh pagi-pagi kamu mengajarkan satu masalah ilmu pengetahuan, diamalkan atau tidak, adalah lebih baik dibanding kamu shalat 1000 rakaat”. Keagungan ilmu sekaligus akan mengagungkan pula bagi yang memilikinya. Oleh karna itu kita harus mengagungkannya pula, karna seorang `alim akan memakmurkan lingkungannya dengan ilmunya dan orang-orang yang ada di dekatnya akan ikut kebagi kebahagiaan dan keagungan oleh pancaran ilmu sang `alim.

Sahabat Ali krw. Meriwayatkan, bahwa Nabi saw bersabda :

kutanyakan kepada Jibril mengenai status ahli ilmu, jawabnya : mereka sebagai pelita bagi umatmu didunia juga diakherat, oleh karna itu beruntunglah orang yang mengenal dan memperhatikan nasehat mereka, sebaliknya celakalah orang yang menentang dan mengundang marah mereka”. ( Kawasyi).

Ilmu adalah pintu pembuka cakrawala kehidupan bagi manusia.segala gerak langkah bunyi ucapan dan denyut keyakinan kita akan bersandarkan pada apa yang kita ketahui.